By. SUHARNO, S.Pd.I
1.
Pendahuluan
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing
yang banyak dipelajari oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu perlu dikaji
adanya pembelajaran bahasa yang tepat bagi orang-orang yang non-Arab.
Pembelajaran bahasa asing termasuk dalam hal ini bahasa Arab bisa dilakukan
dengan berbagai cara dan metode. Demikian halnya dengan pembelajaran kosa kata
(al-mufradât).
Kosakata merupakan salah satu unsur bahasa yang
harus dimiliki oleh pembelajar bahasa asing termasuk bahasa Arab.
Perbendaharaan kosakata bahasa Arab yang memadai dapat menunjang seseorang
dalam berkomunikasi dan menulis dengan bahasa tersebut. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa berbicara dan menulis yang merupakan kemahiran berbahasa tidak
dapat tidak, harus didukung oleh pengetahuan dan penguasaan kosakata yang kaya,
produktif dan aktual.
Penambahan kosakata
seseorang secara umum dianggap merupakan bagian penting, baik dari proses
pembelajaran suatu bahasa atau pun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu
bahasa yang sudah dikuasai. Siswa sekolah
sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran
tertentu dan banyak pula orang dewasa
yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan
edukatif. Untuk itu diperlukan metode yang tepat dalam rangka pembelajaran
kosakata bahasa Arab agar kebutuhan akan perbendaharaan kosakata dalam
pembelajaran bahasa Arab dapat tercapai.
Dalam makalah ini penulis ingin memaparkan
pembahasan tentang pengertian kosakata, jenis, makna, fungsi, pembentukan
kosakata, metode serta teknik pembelajarannya, dan sebagainya yang berhubungan
dengan pembelajaran kosakata sebagai usaha untuk memperoleh gambaran akan
peranan kosakata dalam mendukung kemahiran berbahasa asing khususnya bahasa
Arab.
1.
Pengertian Kosakata (al-Mufradât)
Kosakata
(Inggris:
vocabulary) adalah himpunan
kata
atau khazanah kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau
merupakan bagian dari suatu bahasa
tertentu1.
Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang
dimengerti oleh orang tersebut dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun
kalimat baru.2
Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia
atau tingkat pendidikannya.
Menurut Horn, kosakata adalah
sekumpulan kata yang membentuk sebuah bahasa. Peran kosakata dalam menguasai
empat kemahiran berbahasa sangat diperlukan sebagaimana yang dinyatakan Vallet
adalah bahwa kemampuan untuk memahami empat kemahiran berbahasa tersebut sangat
bergantung pada penguasaan kosakata seseorang.3
Meskipun demikian pembelajaran bahasa tidak identik dengan hanya mempelajari
kosakata. Dalam arti untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya
dengan menghafal sekian banyak kosakata.4
Kosakata merupakan kumpulan kata-kata tertentu
yang akan membentuk bahasa. Kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang
sifatnya bebas. Pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem. Morfem
adalah satuan bahasa terkecil yang tidak bisa dibagi atas bagian bermakna yang
lebih kecil yang maknanya relative stabil.5
Maka kata terdiri dari morfem-morfem, misalnya kata mu’allim ( معلم ) dalam bahasa Arab terdiri dari satu morfem. Sedangkan kata al-mu’allim
(المعلم ) mempunyai dua morfem yaitu ال dan معلم . Adapun kata yang mempunyai
tiga morfem adalah kata yang terbentuk dari morfem-morfem yang mana
masing-masing morfem mempunyai arti khusus. Misalnya kata al-mu’allimun
( المعلمون ) yang terdiri dari tiga morfem yaitu ال , معلم dan ون .6
Dalam pembelajaran bahasa Arab ada beberapa
masalah dalam pembelajaran kosakata yang disebut problematika kosakata (مشكلات
صرفية). Hal itu terjadi karena dalam pembelajaran kosakata
mencakup didalamnya tema-tema yang kompleks yaitu perubahan derivasi, perubahan
infleksi, kata kerja, mufrad, tatsniyah, jama’, ta’nîts,
tadzkîr dan makna leksikal dan fungsional.7
Tetapi dalam makalah ini, penulis tidak menjelaskan satu persatu dari tema-tema
tersebut secara detail, hanya sekedar mengemukakan bahwa cakupan pembelajaran
kosakata tidak sederhana tetapi cukup luas dan rumit.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kosakata merupakan kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui
seseorang dan kumpulan kata tersebut akan ia digunakan dalam menyusun kalimat
atau berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi seseorang yang dibangun dengan
penggunaan kosakata yang tepat dan memadai menunjukkan gambaran intelejensia
dan tingkat pendidikan si pemakai bahasa.
1.
Jenis-Jenis Kosakata
Rusydy Ahmad Tha’imah memberikan klasifikasi
kosakata (al-mufradât) menjadi 4 (empat) yang masing-masing terbagi
lagi sesuai dengan tugas dan fungsinya, sebagai berikut:8
1.
Pembagian kosakata dalam konteks
Kemahiran Kebahasaan
1.
Kosakata untuk memahami (understanding
vocabulary) baik bahasa lisan ( الاستـماع )
maupun teks ( القراءة ).
2.
Kosakata untuk berbicara (speaking
vocabulary). Dalam pembicaraan perlu penggunaan kosakata yang tepat, baik
pembicaraan informal (عادية) maupun formal (موقفية).
3.
Kosakata untuk menulis (writing
vocabulary). Penulisan pun membutuhkan pemilihan kosakata yang baik dan
tepat agar tidak disalahartikan oleh pembacanya. Penulisan ini mencakup
penulisan informal seperti catatan harian, agenda harian dan lain-lain dan juga
formal, misalnya penulisan buku, majalah, surat kabar dan seterusnya.
4.
Kosakata potensial. Kosakata jenis
ini terdiri dari kosakata context yang dapat diinterpretasikan sesuai
dengan konteks pembahasan, dan kosakata analysis yakni kosakata yang
dapat dianalisa berdasarkan karakteristik derivasi kata unuk selanjutnya
dipersempit atau diperluas maknanya.
1.
Pembagian kosakata menurut
maknanya
1.
Kata-kata inti (content
vocabulary). Kosakata ini adalah kosakata dasar yang membentuk sebuah
tulisan menjadi valid, misalnya kata benda, kata kerja, dll.
2.
Kata-kata fungsi (function
words). Kata-kata ini yang mengikat dan menyatukan kosakata dan kalimat
sehingga menbentuk paparan yang baik dalam sebuh tulisan. Contohnya hurûf
jâr, adawât al-istifhâm, dan seterusnya.
3.
Kata-kata gabungan (cluster
words). Kosakata ini adalah kosakata yang tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi selalu dipadukan dengan kata-kata lain sehingga membentuk arti yang
berbeda-beda. Misalnya kata رغب dapat berarti menyukai
bila kata tersebut dipadukan dengan في menjadi رغب
في . Sedangkan bila diikuti dengan kata عن menjadi رغب عن artinya pun berubah
menjadi benci atau tidak suka.
1.
Pembagian kosakata menurut
karakteristik kata (takhassus).
1.
Kata-kata tugas (service words)
yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukan tugas, baik dalam lapangan
kehidupan secara informal maupun formal dan sifatnya resmi.
2.
Kata-kata inti khusus (special
content words). Kosa kata ini adalah kumpulan kata yang dapat mengalihkan arti
kepada yang spesifik dan digunakan di berbagai bidang ulasan tertentu, yang biasa
juga disebut local words atau utility words.
1.
Pembagian kosakata menurut
penggunaannya.
1.
Kosakata aktif (active words),
yakni kosakata yang umumnya banyak digunakan dalam berbagai wacana, baik
pembicaraan, tulisan atau bahkan banyak didengar dan diketahui lewat berbagai
bacaan.
2.
Kosakata pasif (passive words),
yaitu kosakata yang hanya menjadi perbendaharaan kata seseorang namun jarang ia
gunakan. Kosakata ini diketahui lewat buku-buku cetak yang biasa menjadi
rujukan dalam penulisan makalah atau karya ilmiah.9
1.
Makna dan Fungsi Kosakata (al-Mufradât)
Kosakata sebagai khazanah kata atau leksikon
akan mempunyai fungsi bilamana mempunyai makna. Makna sebuah kata dapat
dibedakan menjadi makna denotatif (أصلى) dan
makna konotatif (إضافى). Makna denotatif (أصلى) terdiri dari makna hakiki dan makna kiasan, makna asal dan makna
istilah. Misalnya kata al-Umm (الأم) dalam
bahasa Arab, makna hakikinya adalah “ibu yang melahirkan anak”, sedang makna
kiasan terlihat bila kata al-Umm (الأم) digunakan dalam Umm al-Kitâb (أم الكتاب). Makna asal misalnya terdapat kata al-Hâtif (الهاتف) yang berarti “orang yang berbisik”, sedang makna istilah maksudnya
adalah “telepon”.10
Makna konotatif adalah makna tambahan yang
mengandung nuansa atau kesan khusus sebagai akibat dari pengalaman para pemakai
bahasa. Menurut Harimurti11
makna konotatif adalah makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas
perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan
pendengar (pembaca). Sebagai contoh, kata al-Umm (الأم) makna konotattifnya adalah kasih sayang atau perlindungan.
Ditinjau dari segi fungsi, kosakata (al-mufradât)
dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:
1.
Al-Mufradât al-Mu’jamiyah ( (المفردات المعجميةyaitu kosakata
yang mempunyai makna dalam kamus seperti kata بيت ، قمر،
قلم .
2.
Al-Mufradât al-Wadzîfiyah (المفردات الوظيفية) yaitu kosakata
yang mengemban suatu fungsi tertentu, misalnya hurûf al-jar, asmâ
al-Isyârah, asmâ al-Maushûl, dlamâir, dan lain-lain yang
sejenis dengannya.
Dari dua macam kosakata tersebut, perlu dicatat bahwa diantara Al-Mufradât
al-Mu’jamiyah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai
berikut :
1.
Terdapat beberapa kosakata yang
memiliki kemiripan makna, seperti kata رأى , نظر , لاحظ , شاهد (melihat, memandang, memperhatikan dan menyaksikan).
2.
Terdapat beberapa kata yang
mempunyai makna denotatif yang sama namun mengandung makna konotattif yang
berbeda atau berbeda dalam konteks penggunaanya, seperti kata مات , توفـي yang dapat diartikan dalam
bahasa Indonesia dengan “mati, meninggal, tewas, wafat atau mampus”.
3.
Kata yang memiliki beberapa makna
yang berbeda, seperti kata فصل yang bisa berarti “kelas”
,”musim” atau “pasal” dan “bab”.
Uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kosakata (al-mufradât) tersebut perlu diperhatikan dan diketahui oleh
orang-orang yang berprofesi sebagai pengajar bahasa khususnya bahasa Arab.
1.
Bentuk-Bentuk (Shiyagh) Kosakata Bahasa Arab
Secara umum bentuk kosakata dalam bahasa Arab
terbagi dua, pertama : kosakata yang dapat mengalami perubahan (musytaq)
yakni kata yang diambil dari kata yang lain antara keduanya terdapat hubungan
makna meskipun lafalnya berubah seperti kata مرسم , مكتوب , حاكم yang berasal dari رسم, كتب , حكم dan sebagainya. Kedua :
kosakata yang tidak berubah (jâmid) yakni kosakata yang sejak semula
sudah mempunyai bentuk dan tidak diambil dari kata lain, misalnya kata شمش , جاموس , شجر dan sejenisnya.12
Kata-kata yang mengalami perubahan bentuk (musytaq) tidak hanya
berubah bentuk saja tetapi berubah makna dan pengertian, misalnya kata فاتح dan مفتوح, kata pertama berarti
pembuka atau penakluk sedangkan kata kedua berarti terbuka atau tertaklukkan.
Cara membentuk kedua kata (isim fâ’il dan isim maf’ûl) tersebut yang
mana tergolong dalam kata kerja tsulâtsi mujarrad adalah dengan
mengikuti wazan فاعل – مفعول .13
Kata yang berasal dari kata kerja lebih dari
tiga huruf (tsulâtsi mazîd) bentuk isim fâ’il dan isim maf’ûlnya
hanya dibedakan dengan huruf harakat kasrah ( -ِ ) pada
huruf sebelum akhir untuk bentuk isim fâ’il dan harakat fathah
(-َ ) untuk isim maf’ûl, seperti kata مطالب
jika dibaca muthâlib berarti bentuk isim
fâ’il yang artinya penuntut. Tetapi bila dibaca muthâlab, berarti
pembaca menginginkan bentuk maf ‘ûl yang artinya yang dituntut. Metode
atau cara pembentukannya melalui bentuk mudlâri’ dengan merubah huruf
yang paling depan (harf al-mudlâra’ah) menjadi huruf mim (م). Untuk menentukan apakah bacaan yang tepat dalam suatu teks itu
bentuk pertama atau kedua, maka konteks kalimatnya yang menjadi pertimbangan.14
Contoh :
1. نحن مطالَبون أن ندرس بجد
2. نحن مطالِبون أن يدرسنا الأسـتاذ بجد
Dari konteks kedua kalimat tersebut dapat
ditentukan bahwa kata yang digarisbawahi pada kalimat pertama adalah bentuk isim
maf ‘ûl yang artinya dituntut, jadi harus dibaca muthâlabûn
karena arti kalimat adalah kita dituntut untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Adapun kata yang bergaris bawah pada kalimat kedua adalah bentuk isim fâ’il
artinya menuntut, olehnya itu dibaca muthâlibûn karena arti kalimat yang tepat
adalah kita menuntut agar dosen mengajar kita dengan sungguh-sungguh.
1.
Pembelajaran Kosakata (al-Mufradât)
Menurut Ahmad Djanan Asifuddin, pembelajaran
kosakata (al-mufradât) yaitu proses penyampaian bahan pembelajaran
yang berupa kata atau perbendaharaan kata sebagai unsur dalam pembelajaran
bahasa Arab.15
Oleh karena itu pembelajaran bahasa Arab yang diselenggarakan pada suatu
lembaga pendidikan perlu membersamakannya dengan pembelajaran beberapa pola
kalimat yang relevan.
Dalam pembelajaran kosakata ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, sebagai berikut:16
1.
Pembelajaran kosakata (al-mufradât)
tidak berdiri sendiri. Kosakata (al-mufradât) hendaknya tidak
diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan sangat terkait
dengan pembelajaran muthâla’ah, istimâ’, insyâ’, dan muhâdatsah.
2.
Pembatasan makna. Dalam
pembelajaran kosakata hendaknya makna harus dibatasi sesuai dengan konteks
kalimat saja, mengingat satu kata dapat memiliki beberapa makna. Bagi para
pemula, sebaiknya diajarkan kepada makna yang sesuai dengan konteks agar tidak
memecah perhatian dan ingatan peserta didik. Sedang untuk tingkat lanjut,
penjelasan makna bias dikembangkan dengan berbekal wawasan dan cakrawala
berpikir yang lebih luas tentang makna kata dimaksud.
3.
Kosakata dalam konteks. Beberapa
kosakata dalam bahasa asing (Arab) tidak bisa dipahami tanpa pengetahuan
tentang cara pemakaiannya dalam kalimat. Kosakata seperti ini hendaknya
diajarkan dalam konteks agar tidak mengaburkan pemahaman siswa.
4.
Terjemah dalam pengajaran
kosakata. Pembelajaran kosakata dengan cara menerjemahkan kata ke dalam bahasa
ibu adalah cara yang paling mudah, namun mengandung beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut antara lain dapat mengurangi spontanitas siswa ketika
menggunakannya dalam ungkapan saat berhadapan dengan benda atau objek kata,
lemah daya lekatnya dalam ingatan siswa, dan juga tidak semua kosakata bahasa
asing ada padanannya yang tepat dalam bahasa ibu. Oleh karena itu, cara
penerjemahan ini direkomendasikan sebagai senjata terakhir dalam pembelajaran
kosakata, digunakan untuk kata-kata abstrak atau kata-kata yang sulit
diperagakan untuk mengetahui maknanya.
5.
Tingkat kesukaran. Bila ditinjau
dari tingkat kesukarannya, kosakata bahasa Arab bagi pelajara di Indonesia
dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain:
1.
Kata-kata yang mudah, karena ada
persamaannya dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia, seperti : رحمة
، كرسي ، كتاب ، علماء .
2.
Kata-kata yang sedang dan tidak
sukar meskipun tidak ada persamaannya dalam bahasa Indonesia, seperti :مدينـة
، سوق ، ذهب .
3.
Kata-kata yang sukar, baik karena
bentuknya maupun pengucapannya, misalnya : انزلق ، تدهور
، استولى .
1. Dasar-Dasar Pemilihan Kosakata (al-Mufradât)
Dasar atau asas-asas yang menjadi prinsip acuan
pemilihan kata atau kosakata dapat diuraikan sebagai berikut :17
1.
Frequency, yaitu frekuensi penggunaan kata-kata yang tinggi dan sering itulah
yang harus menjadi pilihan.
2.
Range, yaitu mengutamakan kata-kata yang banyak digunakan baik di negara
Arab maupun di negara-negara non Arab atau di suatu negara tertentu yang mana
kata-kata itu lebih sering digunakan.
3.
Availability, mengutamakan kata-kata atau kosakata yang mudah dipelajari dan
digunakan dalam berbagai media atau wacana.
4.
Familiarity, yakni mendahulukan kata-kata yang sudah dikenal dan cukup familiar
didengar, seperti penggunaan kata شَمْسٌ
lebih sering digunakan dari pada kata ذٌ
كاءٌ , padahal keduanya sama maknanya.
5.
Coverage, yakni kemampuan daya cakup suatu kata untuk memiliki beberapa arti,
sehingga menjadi luas cakupannya. Misalnya kata يبت lebih luas daya cakupannya dari pada kata منـزل .
6.
Significance, yakni mengutamakan kata-kata yang memiliki arti yang signifikan untuk
menghindari kata-kata umum yang banyak ditinggalkan atau kurang lagi digunakan.
7.
Arabism, yakni mengutamakan kata-kata Arab dari kata-kata serapan yang
diarabisasi dari bahasa lain. Misalnya kata الهاتف , المذيـاع, التلفاز secara
berurutan ini harus diutamakan pemilihannya dari pada kata التليفون , الراديو dan التلفزيون.
1. Metode dan Teknik-Teknik Pembelajaran Kosakata (al-Mufradât)
Metode pembelajaran pada hakikatnya adalah
teknik-teknik dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang jenisnya
beragam dan pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan. Begitu pula halnya
dengan pembelajaran bahasa Arab khususnya kosakata (al-mufradât)
ini menuntut adanya metode-metode dasar yang dapat diterapkan tanpa
mengharuskan adanya sarana-sarana yang tidak terjangkau oleh lembaga-lembaga
pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab. Namun bila ada sarana dan media yang
memadai tentunya akan lebih baik dan sangat membantu suksesnya metode-metode
dan teknik-teknik pembelajaran yang akan dikemukakan pada makalah ini.
Dalam pembelajaran kosakata (al-mufradât)
ada baiknya dimulai dengan kosakata dasar yang tidak mudah berubah, seperti
halnya istilah kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata kerja
pokok serta beberapa kosakata lain yang mudah untuk dipelajari. Metode yang
bisa digunakan dalam pembelajarannya antara lain yaitu metode secara langsung,
metode meniru dan menghafal, metode Aural-Oral Approach, metode
membaca, metode Gramatika-Translation, metode pembelajaran dengan menggunakan
media kartu bergambar dan alat peraga serta pembelajaran dengan lagu atau
menyanyi Arab.18
Teknik yang dapat dilakukan yakni dengan berbagai teknik permainan bahasa,
misalnya dengan perbandingan, memperhatikan susunan huruf, penggunaan kamus dan
lainnya.
Ahmad Fuad Effendy menjelaskan lebih rinci
tentang tahapan dan teknik-teknik pembelajaran kosakata (al-Mufradât)
atau pengalaman siswa dalam mengenal dan memperoleh makna kata (al-mufradât),
sebagai berikut :19
1.
Mendengarkan kata. Ini merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendengarkan kata yang diucapkan guru atau media lain, baik
berdiri sendiri maupun di dalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu
sudah dikuasai oleh siswa, maka untuk selanjutnya siswa akan mampu mendengarkan
secara benar.
2.
Mengucapkan kata. Dalam tahap ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan
kata yang telah didengarnya. Mengucapkan kata baru akan membantu siswa
mengingat kata tersebut dalam waktu yang lebih lama.
3.
Mendapatkan makna kata. Pada tahap ini guru hendaknya menghindari terjemahan dalam memberikan
arti kata kepada siswa, karena bila hal itu dilakukan maka tidak akan terjadi
komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara makna kata
pun akan cepat dilupakan oleh siswa. Ada beberapa teknik yang bisa digunakan
oleh guru untuk menghindari terjemahan dalam memperoleh arti suatu kata, yaitu
dengan pemberian konteks kalimat, definisi sederhana, pemakaian gambar/foto,
sinonim (murâdif), antonim (dlid), memperlihatkan benda asli
atau tiruannya, peragaan gerakan tubuh, dan terjemahan sebagai alternatif
terakhir bila suatu kata memang benar-benar sukar untuk dipahami oleh siswa.
4.
Membaca kata. Setelah melalui tahap mendengar, mengucapkan, dan memahami makna
kata-kata (kosakata) baru, guru menulisnya di papan tulis. Kemudian siswa
diberikan kesempatan membaca kata tersebut dengan suara keras.
5.
Menulis kata. Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta
untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca)
mengingat karakteristik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa.
6.
Membuat kalimat. Tahap terakhir dari kegiatan pembelajaran kosakata adalah menggunakan
kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, baik secara lisan maupun
tulisan. Guru harus kreatif dalam memberikan contoh kalimat-kalimat yang
bervariasi dan siswa diminta untuk menirukannya. Dalam menyusun kalimat-kalimat
itu hendaknya digunakan kata-kata yang produktif dan aktual agar siswa dapat
dengan memahami dan mempergunakannya sendiri.
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran
kosakata di atas tentunya dapat dijadikan acuan para pengajar bahasa asing
khususnya bahasa Arab, walaupun tidak semua kata-kata baru harus dikenalkan
dengan prosedur dan langkah-langkah tersebut. Faktor alokasi waktu dalam hal
ini juga harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan
kata-kata tetentu yang dianggap sukar atau kata-kata yang memang hanya dapat
dipahami secara baik dan utuh maknanya bilamana dihubungkan serta disesuaikan
dengan konteks wacana.
1. Evaluasi dalam Pembelajaran Kosakata (al-mufradât)
Pada umumnya, evaluasi diartikan sebagai suatu
proses mempertimbangkan suatu hal atau gejala dengan mempergunakan
patokan-patokan tertentu yang bersifat kualitatif, misalnya baik-tidak baik,
kuat-lemah, memadai-tidak memadai, tinggi-rendah, dan sebagainya. Dalam
membicarakan tetang evaluasi, tidak bisa lepas dari pengukuran sebagai bagian
integral dari evaluasi dan tes yang merupakan alat pengukuran sampel
pengetahuan yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pertimbangan
dalam melakukan evaluasi.
Tes dalam pembelajaran kosakata dapat
dikelompokkan menjadi tes pemahaman dan tes penggunaan.20
Tes pemahaman lebih ditekankan pada pengukuran kemampuan siswa dalam memahami
arti kosakata, sedangkan tes penggunaan lebih dititikberatkan pada kemampuan
siswa menggunakan kosakata dalam suatu kalimat. Khusus untuk tes pemahaman
kosakata, indikator kompetensi yang diukur dapat berupa arti kosakata, padanan
kata, antonim kata, sinonim kata, pengertian kata, dan kelompok kata. Sebagai
contoh, berikut ini adalah tes pemahaman kosakata,
تلقى حسن وأصدقاؤه خطابا من مريم . معنى “خطابا ” :
1. الفلوس
2. الحوالة
3. الرزمـة
4. الرسالة
Adapun contoh untuk tes penggunaan kosakata seperti :
يلبس الناس الملابس الصوفيـة فـى فصل ………..
1. الشـتاء
2. الربيع
3. الجفـاف
4. الصيف
1. Penutup
Pada prinsipnya Kosakata adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran bahasa terutama bahasa asing.
Komunikasi manusia baik berupa tulisan maupun lisan yang dibangun oleh
penggunaan kosakata yang tepat dan memadai serta kaya akan bentuk dan maknanya
akan memberikan prestise tertentu bagi penggunanya. Oleh karena itu,
pembelajaran kosakata sebagai bagian dari pembelajaran bahasa dapat dijadikan
salah satu faktor pendukung untuk memperoleh kemahiran berbahasa (al-mahârât
al-lughawiyyah).
Dalam pembelajaran bahasa Arab berbasis
kosakata ini juga perlu diperhatikan tiga prinsip21.
Ketiga prinsip tersebut yaitu prinsip Frequensi, yaitu frequensi
menggunakan kata-kata yang sering digunakan itulah yang dipilih. Kedua, prinsip
Coverage yaitu kemampuan suatu kata untuk mencakup beberapa arti
kata-kata yang mempunyai daya cakup inilah yang harus dipilih serta yang ketiga
yaitu Prinsip Learnability, suatu item atau kata dipilih karena itu
mudah dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar