Tawuran adalah suatu proses saling menyerang atau
berkelahi yang dilakukan secara berkelompok dan terjadi antara satu kelompok
dengan kelompok yang lainnya karena ada suatu permasalahan. Tawuran tidak
mengenal usia, mereka yang terlibat dalam tawuran bisa saja remaja, orang
dewawsa, bahkan anak-anak di bawah umur. Tawuran yang paling umum terjadi
adalah tawuran dikalangan sekolah atau tawuran antarpelajar, tawuran
antarmahasiswa, tawuran antarwarga, tauran antarsuporter sepak bola, serta
tawran antar warga dan pihak berwajib. Tawuran antar pelajar akan dijelaskan
secara rinci sebagai berikut.
Pada awalnya tawuran antarpelajar hanya menjadi gejala
sosial yang terdapat pada pelajar-pelajar di kawasan perkotaan. Namun, sekarang
ini tawuran turut menjadi mede bagi pelajar-pelajar yang jauh dari perkotaan.
Gejala sosial ini tentu saja bertentangan dengan nilai dan norma dalam
masyarakat.
Pada umumnya tawuran di awali oleh konflik yang
terjadi antar siswa di dalam suatu sekolah atau antarsekolah. Karena perasaan solidaritas
antar siswa di dalam sekolah masing-masing, perkelahian akan melus dan
menghasilkan konflik antar siswa dari sekolah yang berlainan. Kadamg-kadang
kita temui siswa yang terpaksa ikut tawuran karena tidak ingin di sebut tidak
solider, penakut, atau tidak setia kawan. Dalam kondisi seperti ini, siswa yang
sejak awal tidak terlibat atau menganggap bahkan tawuran adalah pelanggaran
nilai dan norma yang tidak disukai oleh semua lapisan masyarakat maka terpaksa
mengikuti pola berkelahi yang baru mereka temukan antara teman-temannya sesama
pelajar.
Tawuran antar pelajar menjadi gejala sosial yang cukup
serius karena peserta tawuran cenderung mengabaikan norma-norma yang ada,
melibatkan korban yang tidak bersalah, dan merusak benda-benda yang ada di
sekitarnya, bahkan tidak jarang berakibat kehilangan nyawa. Bagaimana sikap
anda yang palig tepat apabila ada teman yang mengajak tawuran? Sikap yang
paling tepat adalah menolaknya dengan tegas dan melaporkannya pada pihak
sekolah apabila ada teman yang berniat tawuran.
Tawuran antarpelajar sering terjadi di kota-kota besar
yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Para
pelajar remaja yang sering malakukan aksi tawuran tersebut lebih senang
melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Tawuran telah menjadi kegiatan yang turun temurun, sehingga
tidak heran apabila ada yang berpendapat bahwa tawuran sudah membudaya atau
sudah menjadi tradisi pada sekolah tertentu.
Faktor Penyebab
Terjadinya Tawuran
Terdpat dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar
pelajar yaitu faktor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah
faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh
remaja dalam menanggapi milieu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar.
Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap
lingkungan sekitar. Adapun faktor eksternal adalah sebagai berikut.
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga terdiri dari sebagai berikut.
1) Baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga.
2) Perlindungan lebih yang diberikan orang tua.
3) Penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah memikul tanggunf jawab sebagai ayah dan ibu.
4) Pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal, dan tindakan asusila.
1) Baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga.
2) Perlindungan lebih yang diberikan orang tua.
3) Penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah memikul tanggunf jawab sebagai ayah dan ibu.
4) Pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal, dan tindakan asusila.
b. faktor lingkungan sekolah
lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa
berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain
yang cukup luas, tanpa ruangan olahraga, minimnya fasilitas ruang belajar,
jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat, ventilasi dan
sanitasi yang buruk, dan sebagainya.
c. Faktor milieu/lingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak baik dan menguntungkan
bagi pendidikan dan perkembangan remaja.
Terkait dengan konsep kelompok sosial, W.G. Summer membagi kelompok sosial menjadi dua yaitu in-group dan out-group. Menurut summer, dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok – kelompok kecil dan tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian jenis kelompok yaitu kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Kelompok dalam (in-group) adalah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompoknya. Adapun kelompok luar (out-group) merupakan merupakan kelompok di luar kelompok in-group.
Terkait dengan konsep kelompok sosial, W.G. Summer membagi kelompok sosial menjadi dua yaitu in-group dan out-group. Menurut summer, dalam masyarakat primitif yang terdiri dari kelompok – kelompok kecil dan tersebar di suatu wilayah terdapat pembagian jenis kelompok yaitu kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Kelompok dalam (in-group) adalah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompoknya. Adapun kelompok luar (out-group) merupakan merupakan kelompok di luar kelompok in-group.
Di kalangan kelompok dalam di jumpai persahabatan,
kerja sama, keteraturan, dan kedamaian. Apabila kelompok dalam berhubungan
dengan kelompok luar maka munculah rasa kebencian, permusuhan, atau perang.
Rasa kebencian itu di wariskan dari satu generasi ke genarasi yang lain dan
menimbulkan rasa solidaritas dalam kelompok (in-group feeling). Anggota
kelompok menganggap kelompo mereka sendiri sebagai pusat gejala-gejalanya
(etnosentrisme).
by Linda Ayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar